Mengulang-Ulang Kata dan Gerakan

Q:

Kalau melihat di film-film, anak SA digambarkan sering menggerakkan tubuhnya ke depan dan ke belakang secara berulang. Anak saya, sih, tidak seperti itu. Tapi, ketika bicara, dia selalu mengulang. Misalnya, saya bertanya, “Sudah mau makan atau belum?” Dia akan menjawab, “Makan, makan, makan” atau membeo, “Sudah makan atau belum?” Begitu juga kalau ditanya hal lain. Kenapa itu terjadi?

A:

Ada bermacam hal yang membuat anak membeo, misalnya suka mengulang-ulang kalimat atau frase untuk menenangkan diri, atau juga tidak tahu harus menjawab apa karena tidak paham perkataan orang lain. Mereka juga kerap kali mengulang pertanyaan dan kemudian ada jeda sebelum menjawab. Ini berarti anak SA memerlukan waktu lebih banyak untuk memahami pertanyaan, memikirkan jawaban, dan merespons secara verbal. Jika ini yang terjadi, jangan melarang anak untuk mengulang, karena ia masih perlu melakukannya agar bisa merespons dengan tepat

Bagi anak SA, dunia di luar sana dipandang sebagai dunia yang semrawut sehingga sering membuat mereka bingung dan cemas. Karena itu, mereka berusaha untuk menenangkan diri dari gangguan luar. Caranya bermacam-macam, termasuk mengulang-ulang kata atau gerakan. Ketika mengulang-ulang kata atau menggumamkan bunyi-bunyian tertentu berkali-kali, mereka seperti menciptakan musik bagi dirinya. Karena musik terbukti memberi kenyamanan, pengulangan kata seperti itu pun bisa menenangkan mereka. Gerakan yang berulang juga membuat mereka merasa nyaman.

Perilaku ini merupakan stimulasi diri yang dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan rangsangan berlebih yang dirasakan oleh panca indera mereka. Namun, kerap kali perilaku ini dilarang oleh orang tua atau orang lain yang terlibat dalam kehidupannya, seperti aid teacher, guru kelas, atau life coach. Alasannya bervariasi, misalnya membuat keluarga jadi malu karena dilakukan di tempat umum dan orang jadi fokus memandangi anak. Atau, perilaku itu dinilai mengganggu kenyamanan orang lain.

Di sisi lain, jika anak dilarang melakukannya, ia tidak bisa mengelola rangsangan berlebih yang ia terima dari banyak sisi. Akibatnya, rangsangan itu akan menggunung dan pada satu titik bisa meledak dalam bentuk tindakan yang agresif. Jadi, berilah kesempatan bagi anak SA untuk melakukan stimulasi diri dalam batas waktu tertentu, misalnya saat ia istirahat di sekolah atau sedang santai di rumah, untuk mengurangi stres dan membantunya menenangkan diri.

Foto: Pixabay

mandiga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts